:amalia
Katakan kepadaku, mengapa mereka bilang hati tidak bisa dibohongi?
Beberapa kali kita mengaitkan tawa ke dalam kayuh, agar makin dekat kita menuju bahagia, tanpa sadar betapa basah kita akan keringat dan kelelahan mulai mengetuk hati yang pegal-pegal.
Beberapa kali kita mengikat kesedihan di dalam mulut, mengunyahnya pelan-pelan agar semakin liat untuk ditelan, tanpa sadar bahwa beberapa bagian mengendap di lembah dan sesekali memaksa lidah kita membersihkannya hingga tersengal.
Laut di depanmu adalah kolam penampung kesedihan
Beberapa kali kau melipat secarik kertas penuh kerinduan, dan membuangnya ke dalam tong sampah plastik yang beberapa saat lalu dibawakan pelayan. Beberapa kali kau melipat kertas penuh air mata, jadi pesawat-pesawat kecil yang kau terbangkan menuju cakrawala; agar sampai kepada matahari dan dibakar rindu.
Bahkan sampai kau pergi dari sana, kau belum sadar bahwa laut yang sedari tadi menemanimu tengah mengandung potongan-potongan pilu yang pernah kau terbangkan.
Meja kayu, semangkuk diam dan pilu
Aku menyadari bahwa cinta adalah air mata yang mengalir dari matamu ketika kau merengek agar aku tidak pergi. Kau pun menyadari bahwa cinta adalah pelukan yang akan kuhadiahkan untuk kegusaranmu, serta kata-kata yang membelai rambutmu sejenak, sesaat setelah kau cukup tenang untuk melepasku dan sesaat sebelum sebuah ledakan di dalam dadamu mendorong hujan dari mendung di matamu.
Lalu kau menyeruput diam yang cair dari sendok, dan menunjukkan potongan pilu yang kau sisakan kepadaku. Aku menggeleng dan kau tersenyum, lalu kita perlahan memudar; meninggalkan semangkuk pilu ditopang sebuah meja kayu.
dps2013
tanpa kopi