Kamu.
dps2012
Pecandu cerita paruh waktu
Malam itu kita telah mematikan lampu lalu menunggui remang ditelan gelap–pelan-pelan. Namun ada setitik cahaya yang melawan, terbang cepat kesana kemari, bermain angin–riang tak mau diam, tanpa takut terbentur malam.
Apa itu sayang, tanyamu risau, seakan tak rela dia mengusik gelapmu.
Sayang, sepertinya cahaya itu kunang-kunang. Mungkin saja dia terpisah dari kawanannya dan dia masuk sebelum kita menutup pintu. Jawabku tenang, dan matamu jadi terang.
Tanyamu lagi, kenapa tak segera kita buka pintu dan membiarkan dia pergi mencari kawanannya?
Tunggu, jawabku, mari sejenak berandai-andai tentang gelap ini, dan kunang-kunang itu.
Sayang, gelap ini ruang di dadaku dan cahaya itu mungkin senyummu, yang jadi harapan dalam ketiadaan. Sayang, gelap ini ruang di hatiku dan cahaya itu nanti akan jadi api, yang menghangatkan hatiku nanti.
Lalu kau memelukku dan berbisik: aku bahagia malam ini, sayang–tanpa melihat senyumku karenanya, dan kau pun merebahkan dada di dadaku.
Maka segeralah aku menyentuh bibirmu, menjawabmu dengan ciuman-ciuman, mengaliri kata-kata yang kemudian diserap lidahmu; menyampaikanmu rasa-rasa yang rentan. Sebelum nanti aku membuka pintu dan membiarkan kunang-kunang itu pergi, kembali mencari kawanannya–dan engkau, pergi kembali kepadanya.
dps2012
#KopiKulturChallenge tema #KunangKunang adalah usul dari @mbakanggun
Bertahun-tahun lewat semenjak kamu pergi, aku masih mengingat kamu. Setiap tahun, di tanggal-tanggal acak, dengan tidak sengaja maupun sengaja, entah aku berusaha, entah kamu datang tiba-tiba, aku selalu saja tetap ingat.
Entah berapa kekasih yang bersamaku, selama ini memintaku melupakan kamu. Aku tidak enak kepada mereka, jadi kadang kusembunyikan cerita kepergianmu dari mereka. Maaf, kadang sakit ini terlalu manis untuk aku bagikan.
Aku ingat satu-satunya malam natal kita yang gagal di rumahmu. Kembang api yang kita beli basah semua, yang kemudian kamu siram dengan minyak tanah. Beberapa terbatuk-batuk meledak, dan beberapa lagi tetap tidur ditenggelamkan air yang menolak minyak. Lalu kamu tertawa dan mengambil beberapa kaleng bir yang telah kita beli, kemudian minum dan berpura-pura mabuk agar punya cukup alasan untuk bercinta di dapur dan tertidur sebentar di bak mandi, sebentarnya lagi di sofa.
Pohon Natal bahkan belum selesai kita hias, dan kedatangan orang tuamu esok siang semakin mepet. Kado-kado belum rapi kita bungkus dan teriak ceria adikmu sudah sampai di telinga kita lebih awal dari tubuhnya.
Aku ingat kamu selalu membayangkan salju bisa hidup di Indonesia, agar sempat bermain dengan daun-daun yang gugur di pekarangan rumah. Agar kita sempat bermain lempar bola, dan keyakinanmu bahwa kamu akan menang selalu dariku.
Aku ingat kamu, sayangku, beserta segala hal yang membuatmu selalu hidup di hati dan pikiranku. Mereka bisa bilang itu itu cerita usang, namun untukku segalanya pantas dikenang.
Ah, jadi sayangku, bagaimana natal di surga?
1
Senja yang abu, matahari yang murung
bumi membisu membungkam burung-burung
Senja abu-abu, ribuan ombak bertarung
awan dibalut haru, deru angin mulai bingung
hari dimana cinta kita dimakamkan
Telah kusiapkan sepoci kopi dan seikat mawar
menunggu laut menelan senja
menunggu langit meminum darah-darahnya
menyisakan detak-detak tak berangin
pernah kita menabur asa diatas musim
pernah kita berdekapan atas nama beda
kemudian saling bekap atas nama cinta
menitipkan kata pada masing-masing dada
2
janji-janji, memohon untuk ditepati
Kau akan mengingat aku
sebagai dandelion yang kau cabut
kau tiup hingga menyatu angin
kemudian menangisi kepergian
hingga lelah kutelusuri, mencari
muara dari segala kata-katamu
yang kau rangkai hingga puisi
demi menghapus segala pilu hati
3
demi segala yang pernah tinggal, hingga terpaksa tanggal
kemarin aku memungut bintang
yang berbaring di pinggir samudera
siapa yang mengirim pesan ini?
diakah matamu yang haus cahaya?
janganlah lelah menungguku
bukan karena aku tak mau
hanya saja,
malaikat tak kunjung tiba
dps2012
:malaikatkata
I. Sore ini
Aku sedang belajar ikhlas,
membiarkan hujan menghujamkan rindu
sementara kau tak sedang bersamaku
Sayang,
ia tidak pernah datang sendiri
ia mengembun pada kaca jendela
membentuk bayang wajahmu
menyusun rindu-rindu sederhana
Maka ketahuilah, bahwa pada engkau yang bertamu dalam setiap hujan,
aku selalu merindukan–bukan bumi nan aroma atau pun pelangi sesudahnya
II. Mendung
Kutantang ia sembari menunggu kedatanganmu
sebab pelukmu perapian, penghangat di kala hujan
Ia datang sendirian, sementara hujan datang keroyokan
aku, babak belur dihajar kenangan
Kepergianmu menyusun mendung di mataku,
melahirkan hujan di kemudian waktu
Sesungguhnya mendung hanya prelude
dari orkestra sunyi—perayaan kehilangan; hujan
Menengadah aku, memandang abu-abu
ingin kutarik kelambu yang menahan air mata kelabu
dan seketika aku ingin jadi bumi, bagi setiap air mata
serta tiap jatuhmu yang dipaksa gravitasi
Turunkan kesedihanmu yang rintik hujan,
yang senantiasa ditangkap pundakku yang bumi
atau dadaku yang samudera
III. Badai
Hingga kini Tuhan belum menjawab
bagaimana waktu mengkerut ketika mendung
dan melemparku menuju masa lalu ketika hujan
––tak tertahankan
Sebelumnya, kita pernah menari di bawah hujan
kini aku menangis bersamanya
Pulanglah. Rinduku menggigil kesepian
sementara engkau hanya mengirim hujan
IV. Aroma Pasca Hujan
Betapa aku mencintainya
betapa aku merindukannya
aroma yang menemani
mantra kekeringan tereksekusi
Sayang,
hujan telah usai, telah hadir pula pelangi
namun rindu untukmu tak jua pergi
dps2012